Breaking News
Join This Site

Hipertensi Emergensi: Kondisi Darurat Yang Harus Segera Ditangani

Hipertensi emergensi adalah kondisi di mana tekanan darah melonjak terlalu tinggi dan terjadi secara tiba-tiba. Kondisi darurat hipertensi ini bisa menyebabkan kerusakan organ dan bahkan kematian. Hipertensi emergensi memerlukan penanggulangan secepatnya, yakni penurunan tekanan darah dalam hitungan menit atau jam.
Hipertensi emergensi seringkali terjadi ketika penyakit hipertensi tidak terkontrol, atau ketika pasien hipertensi tidak meminum obatnya. Juga bisa karena kebiasaan pasien yang menggunakan obat bebas, yang dapat memperparah tekanan darah tingginya.
Hipertensi emergensi ditandai dengan tekanan darah sistolik lebih dari 180 mmHg dan diastolik lebih dari 120 mmHg. Lonjakan ini umumnya disertai dengan kerusakan berat pada organ tubuh.
Adapun kerusakan organ yang terkait hipertensi emergensi meliputi:
  • Perubahan mental, seperti kebingungan.
  • Stroke.
  • Gagal jantung.
  • Kerusakan ginjal.
  • Nyeri dada (serangan angina tidak stabil).
  • Edema paru.
  • Serangan jantung.
  • Aneurisma.
  • Eklamsia (pada wanita hamil).
Gejala Hipertensi Emergensi yang Perlu Anda Ketahui
Hipertensi emergensi kadang tidak menimbulkan gejala. Namun jika sudah terdapat kerusakan organ, hipertensi emergensi dapat menimbulkan gejala-gejala sebagai berikut:
  • Sakit kepala dan penglihatan kabur.
  • Kecemasan yang berlebihan.
  • Kebingungan yang semakin parah.
  • Penurunan kesadaran.
  • Kejang.
  • Nyeri dada, yang bertambah berat.
  • Sesak napas.
  • Mual dan muntah.
  • Pembengkakan atau penumpukan cairan di jaringan tubuh.
  • Kelemahan anggota gerak (lengan dan tungkai).
Penanganan Hipertensi Emergensi
Pasien hipertensi emergensi perlu dirawat di rumah sakit untuk mendapat pengobatan dan pemantauan medis yang ketat. Dokter akan memeriksa kondisi fisik termasuk tekanan darah, serta pemeriksaan penunjang seperti tes darah dan tes urine, juga pemeriksaan penunjang lain untuk mengevaluasi kondisi penderita hipertensi emergensi. Setelah diagnosis dipastikan, tindakan pertama yang harus didapat pasien hipertensi emergensi adalah pemberian obat penurun tekanan darah, umumnya diberikan melalui suntikan atau infus, namun pemberian obat minum juga bisa ditambahkan.
Pemberian obat harus dilakukan sesegera mungkin dalam kurun waktu 24-48 jam, namun penurunan tekanan darah harus dilakukan secara bertahap. Hal ini dilakukan untuk mencegah kerusakan organ yang lebih parah, melindungi fungsi organ, mencegah komplikasi, dan memperbaiki kondisi pasien. Apabila kerusakan organ telah terjadi, kondisi tersebut akan ditangani sesuai dengan kerusakan yang terjadi.
Beberapa jenis obat yang digunakan untuk mengatasi hipertensi emergensi antara lain sodium nitroprusside, labetalol, nicardipine, fenoldopam, dan clevidipine. Jenis obat tersebut disesuaikan dengan kondisi pasien dan kondisi kerusakan organ yang dialami pasien.
Disarankan untuk segera pergi ke rumah sakit terdekat jika mengalami gejala-gejala hipertensi emergensi, karena kondisi ini dapat berakibat fatal jika tidak ditangani secepatnya.